ARTI DAN MAKNA MOTIF SAWUNGGALING

BATIK INDONESIA MOTIF SAWUNGGALING

Arti dan makna motif batik sawunggaling

Motif Sawunggaling merupakan perpaduan dari kata Sawung yaitu ayam jantan dan Galing yaitu Merak Jantan. Motif ini dibuat oleh Ngabehi Atmo Supomo, seorang peatah wayang yang diberikan kepada salah satu pelopor motif batik di Indonesia bernama Hardjonegoro atau yang dikenal dengan luas dengan Go Tik Swan. Go merupakanguru dari Iwan Tirta dan Obin, perancang dunia di pembatikan.

Oleh Go, motif dikenal luas dikarenakan motifnya yang menyerupai burung phoenix yang sedang berhadapan. Dalam penataan Cina Kuno, burung ini dipercaya dapat menduplikasi dirinya. Arti dan motif ini sendiri melambangkan keindahan, kekuatan, dan ketegaran.

Asal mula batik sawunggaling

Batik Sawunggaling adalah karya Go Tik Swan, seorang pembatik terkenal asal Solo. Ia bahkan dikenal sebagai pencipta Batik Indonesia demi memenuhi gagasan bung karno. Dalam buku Batik dan Membatik karya Chandra Irawan Soekanto, batik sawunggaling menggambarkan pertarungan dua burung Gurda. Gurda berasal dari kata Garuda. Dalam cerita rakyat Indonesia, Burung garuda adalah burung yang sangat kuasa da kuat  dan dapat mengalahkan manusia. Dengan begitu Motif Garuda ini menggambarkan kegagahan dan keberanian.

Dalam suku jawa Sejati: Sebuah Otobiografi Go Tik Swan Hardjonagaro karya Rustopo, Sawunggaling diketahui adalah nama toko heroix dalam cerita rakyat jawa timur. ia dikenal sebagai pembela rakyat jelata memerangi penjajah belanda. Karya tersebut diilhami oleh pakaian Bali yang dikenakan rekannya  yang berlatar merah dan sawunggaling yang berwarna ema. Batik Sawunggaling karya Go Tik Swan digubah dalam campuran warna sogan dan merah darah dengan latar hitam.

Makna Haru Batik Sawunggaling, Baju Seragam Lebaran keluarga SBY

Suasana Lebaran berbeda dirasakan, SBY didampingi oleh anak, dan cucu-cucunya kompak mengenakan Batik Sawunggaling untuk berziarah ke makam istrinya, Kristiani Herawati di taman makam pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Batik Sawunggaling tersebut adalah pilihan mendiang Ani Yudhoyono. Dituturkan SBY, Ani yang saat itu masih dirawat di Singapura telah menyiapkan batik ini untuk dipakai keluarganya dan rencananya akan dipakai saat hari Raya Idul Fitri. Namun Tuhan berkehendak lain, Ani Yudhoyono meninggal dunia pada Sabtu (1/6) di Singapura akibat kanker darah yang dideritanya.

SBY bercerita, tidak biasanya sang istri memilih batik berwarna gelap. padahal, Ani yang memiliki kecintaan terhadap Wastra Nusantara ini selalu memilih motif berwarna terang. Saat masih dirawat, Ani justru memilih batik berwarna Gelap. ” Biasanya batik yang dipilih berwarna terang tapi saya tidak mengerti barangkali tidak kuasa menangkap isyarat dari pilihan batik yang kami gunakan sekarang ini. Ibu Ani memilih batik bernuansa hitan Sawunggaling,” kata SBY di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (5/6). Semula SBY tidak mengetahui makna dari motif Sawunggaling pada batik tersebut. Namun, setelah Ani wafat, ia baru mengetahui bahwa makna motif tersebut ialah sebuah burung yang terbang ke Surga. “Saya barutahu setelah memahami apa makna dari pilihan ini. Pesannya adalah nanti kita lebaran di rumah sakit, mari kita pakai batik itu dirumah sakit. Saya juga akan memakai batik itu, ” tutur SBY  mengenang pesan dari mendiang sang istri.

Awalnya SBY sempat bingung dengan pesan tersebut karena Ani masih harus menggunakan berbagai peralatan kesehatan di tubuhnya. Hal ini menyulitkan untuk mengenakan kebaya dan menyarankan agar Ani tidak perlu mengenakan batik, cukup SBY, anak-anak, menantu, dan cucu-cucunya untuk berfoto keluarga saat Lebaran. Kain Batik tersebut selesai dijahit dlam 1-2 minggu. Tetapi masih ada satu kain batik yang tersisa untuk Ani Yudhoyono.

“Kita pakai semuanya kecuali ini. Terus semua bertanya  kita berdiskusi dimana ya, nanti dirumah sakit kita berfoto bersama menggunakan batik ini dan memo dimana pakainya karena biasanya kalu di rumah sakit ada alat-alat yang digunakan Ibu Ani untuk perawatan,” kata SBY

Ternyata Tuhan memiliki tujuan lain, batik yang tersisa itu tetap digunakan Ani. Namun, bukan sebagai pakaian tapi sebagi penutup jenazahnya. Sebelumnya, menantu Ani Yudhoyono, Anisa Pohan mengaku sedikit cvuriga tentang batik pilihan mertuanya yang tidak seperti biassanya. Untuk lebaran kali ini, Ani Yudhoyono justru meminta warna monokrom hitam putih.

” Ibu bilang, ‘Nis, tolong carikan atasan yang warnanya putih gading.’ jarang sekali ibu memilihkan baju berwarna monokrom, karena biasanya berwarna. Kan bagus untuk foto bersama, itu selalu jadi alasan ibu disetiap tahun,” ucapnya.

Batik bercorak burung itu akhirnya dikenakan anak dan menantu Ani Yudhoyono pada saat upacara pemakaman, minggu (2/2). Baju tersebut dikenakan kembali pada Lebaran hari pertama sebagai bentuk kehormatan bagi Ani.

“itu (batik sawunggaling) katanya burung surga, katanya simbol keanggunan dan kekuatan perempuan. Itu untuk lebaran kita, masyaallah, itu kebetulan sekali bahwa ada filosofi dari batik yang dipilihkan warna hitam,” kata Anisa di Puri Cikeas, Bogor, Senin dilansir dari info batik sawunggaling sendiri lahir setelah masa kemerdekaan Indonesia ditangan budayawan sekaligus pengusaha batik asal solo, Go Tik Swan (KRT Hardjonegoro). saat itu, presiden soekarno meminta Go Tik Swan untuk menciptakan batik Indonesia atau yang dikenal dengan batik Republik. saat mencari ide pembatik, Go Tik Swan tidak sengaja melihat corak burung pada kain prada yang dikenakan Raja Karang Asem Bali, Gusti Jelantik. Dari situlah ia berfikir untuk menggabungkan corak kain dari Gusti Jelatik dengan konsep spiritual.

Go Tik Swan pun menceritakan idenya kepada atmosupomo, seorang empu penatah wayang, hingga lahirlah pola Sawunggaling. Pola batik ini merupakan dua relagia raja-raja jawa yang berbentuk Sawung (ayam jantan) dan Galing (Merak Jantan)

Tinggalkan Balasan

WhatsApp